BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STRES KERJA
Stres adalah suatu kondisi anda
yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak selalu buruk,
walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai
positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.
Sebagai contoh, banyak profesionalmemandang tekanan berupa beban kerja yang berat
dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantanganpositif
yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa
negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang
menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat
berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan.
Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan,
bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang
lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Gibson et al (dalam Yulianti,
2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik
pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stress sebagai respon dan stres sebagai
stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang
menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai
suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap
stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi
antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-respon
mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus
lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidaksekedar sebuah stimulus
atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi
stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.
Luthans
(dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan
proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau
peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang.
Baron &
Greenberg (dalam Margiati, 1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi reaksi
emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu
mendapat halangan dan tidak bias mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71)
memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan
konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik
secara fisik maupun psikologis.
Landy (dalam
Margiati, 1999:71) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan
kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya.
Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana
individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang
diperoleh sangatlah penling tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam
Dwiyanti, 2001:75).
Menurut
Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah
tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam
lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres
juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan
yang berasal dari luar diri seseorang.
Taylor
(1995)mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai
perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan
untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres.
b. Pengertian
stres secara khusus
stres adalah suatu keadaan yang
bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau
lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
c. Pengertian Stressor
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan
stres disebut stresor.
Stresor dibedakan atas 3 golongan
yaitu :
1) Stresor
fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan
lain-lain.
2) Stresor
psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan,
kesepian, jatuh cinta dan lain-lain.
3) Stresor
sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain. Stres
dapat mengenai semua orang dan semua usia
Baron & Greenberg (dalam Margiati,1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi
emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu
mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71)
memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan
konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik
secara fisik maupun psikologis. Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di
mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang
diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam
Dwiyanti, 2001:75).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya
ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan. Luthans (dalam Yulianti, 2000:10)
mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi
dari
tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik
seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu
dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan
untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja
tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan
kondisi fisik individu.
Gejala-Gejala Stres
Hardjana
(1994) mengemukakan bahwa terdapat kriteria-kriteria gejala-gejala stress,
antara lain :
1) Gejala fisikal:
Sakit kepala, pusing, pening.
tidur tidak teratur, insomania atau susah tidur, bangun terlalu awal, sakit
punggung, terutama bagian bawah ,mencret-mencret dan radang
usus besar, sulit buang air besar, sembelit. gatal – gatal pada kulit.
urat-urat tegang terutama leher dan bahu, keringat berlebih, terganggu
pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, berubah
selera makan, lelah atau kehilangan daya energy, bertambah banyak melakukan
kekeliruan dan kesalahan dalam kerja dan hidup.
2) Gejala Emosional
Gelisah dan cemas, sedih, depresi, mudah menangis,
merasa jiwa dan hati atau mood berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan
marah, gugup, rasa harga diri menurun dan merasa tidak aman, rasa harga diri menurun dan merasa tidak aman, marah-marah,
gampang
menyerang orang dan bersikap bermusuhan, emosi
mengering kehabisan sumber dayamental (burn
out).
3) Gejala Kognitf
Susah berkonsentrasi dan
memusatkan pikiran, sulit mengambil keputusan, mudah terlupa, pikiran kacau,
daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, pikiran
dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan
rasa humor yang sehat, produktifitas atau prestasi kerja menurun, mutu kerja
yang rendah.
4) Gejala
Interpersonal
Kehilangan
kepercayaan terhadap orang lain., mudah mempermasalahkan orang lain., mudah
membatalkan janji atau tidak memenuhi perjanjian, suka mencari – cari kesalahan
orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu
membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan orang lain.
B. FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA
Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja dua
faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor Lingkungan kerja dan Faktor
personal (Dwiyanti, 2001:75).
a. Faktor
Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik,
manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.
b. Faktor Personal
Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa pengalaman pribadi maupun kondisi
sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan
diri.
faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan
kondisi
pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan
cukup besar, maka faktor pribadi ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab
munculnya stres. Secara umum dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti,
2001:77-79):
1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa berupa
dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Begitu juga
ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan
maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres.
2. Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan
keputusan di kantor. Hal ini
berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika
mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan
kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak
dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.
3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang
berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang
tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar
seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya
sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada
konteksnya. Dari banyak kasuspelecehan seksual yang sering menyebabkan stres
kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik dari lawan jenis dan janji
promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita..
4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja
fisik ini bisa berupa
suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan
pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya
stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding
yang lain (Muchinsky dalam Margiati, 1999:73).
5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres
dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya
cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya
orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana
hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja.
Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian
yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan
pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).
6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A
cenderung
mengalami sires dibanding kepribadian tipe B. Bebcrapa ciri kepribadian tipe
ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak
sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung
tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan
orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan
begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil
pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil
yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan
pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung (Minner dalam Margiati, 1999:73).
7. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering
disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian
pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak
diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum.
Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi terjadi pada
seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah
disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk
kategori ini (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:73).
Selain
faktor yang telah disebutkan diatas, Menurut
Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3
(tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan
perilaku.
Gejala-gejala Penyebab stres dari aspek Psikologi yaitu:
1) Meningkatnya
detak jantung dan tekanan darah Menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas
Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin
Penurunan prestasi dan produktivitas.
2) Memendam
perasaan Gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung Meningkatnya penggunaan
minuman keras dan mabuk Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku
sabotase
Mengurung diri Mudah lelah secara fisik Meningkatnya frekuensi absensi
3) Depresi
Kematian Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan) Merasa
terasing dan mengasingkan diri Gangguan kardiovaskuler Kehilangan nafsu makan
dan penurunan drastis berat badan.
4) Kebosanan
Gangguan pernafasan Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi,
seperti ngebut, berjudi Ketidakpuasan kerja Lebih sering berkeringat
Meningkatnya agresivitas, dan kriminalitas Lelah mental Gangguan pada kulit
Penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman Menurunnya
fungsi intelektual Kepala pusing, migrain Kecenderungan bunuh diri Kehilangan
daya konsentrasi Kanker
5) Kehilangan
spontanitas dan kreativitas Ketegangan otot Kehilangan semangat hidup Probem
tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).
6) Menurunnya
harga diri dan rasa percaya diri
b) Gejala Penyebab Stres dari Aspek Perilaku yaitu:
1) Tidak
adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan
yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di
sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga.
Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah
mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti
orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang
tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan)
akan cenderung lebih mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan
tugasnya.
2) Tidak
adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor. Hal ini
berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan
pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat
memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewcnangannya. Stres kerja
juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan
keputusan yang menyangkut dirinya.
3) Pelecehan
seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan
berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai
dart yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak
kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan
senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual yang
sering menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik
dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya
karena wanita. Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang
tingkat kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin
cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindungmya
c) Gejala Penyebab Stres dari Aspek Psikis
1) Kondisi
lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang
terlalu panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya.
Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu
dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga
sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak
kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada
kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati 1999:73).
2) Manajemen
yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya
kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang
sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis,
terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa.
3) sehingga
mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu
mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan
semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada
akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).
4) Tipe
kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung
mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Bcbcrapa ciri kepribadian tipe A
ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak
sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama,
cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung
berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non
kompetitif. Dengan begitu,
bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai
dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus
dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai
yang mendapat resiko serangan/sakit jantung
C. FAKTOR YANG DAPAT
MENIMBULKAN KEPUASAN KERJA
Faktor penting yang mempengaruhi
prestasi kerja adalah motivasi kerja. Motivasi berasal dari kata motive. Motive
adalah keadaan dalam diri seseorang yang menimbulkan kekuatan, menggerakkan,
mendorong, mengarahkan, motivasi. Menurut Gerungan motivasi adalah sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan kerja (Gerungan, 1982: 23). Semakin besar
motivasi kerja karyawan semakin tinggi prestasi kerjanya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa motivasi kerja adalah faktor yang sangat penting dalam
peningkatan prestasi kerja.
Selain ditentukan oleh motivasi kerjanya, prestasi kerja karyawan juga
ditentukan oleh kepuasan kerjanya. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (As’ad, 1994:
133).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya. Ini nampak dari sikap karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu di lingkungan kerjanya. Menurut Handoko
(1998:
193):Menjadi kewajiban setiap pemimpin perusahaan
untuk menciptakan kepuasan kerja bagi para karyawannya, karena kepuasan kerja
merupakan faktor yang diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja
karyawan agar karyawan dapat bekerja dengan baik dan secara langsung akan
mempengaruhi prestasi karyawan. Seorang manajer juga dituntut agar memberikan
suasana kerja yang baik dan menyenangkan juga jaminan keselamatan kerja
sehingga karyawan akan merasa terpuaskan. Menurut As’ad (2000: 102):Kepuasan
kerja menjadi menarik untuk diamati karena memberikan manfaat, baik dari segi
individu maupun dari segi kepentingan industri. Bagi individu diteliti tentang
sebab dan sumber kepuasan kerja, serta usaha yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kepuasan kerja individu, sedangkan bagi industri, penelitian
dilakukan untuk kepentingan ekonomis, yaitu pengurangan biaya produksi dan
peningkatan produksi yang dihasilkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Salah satu cara yang ditempuh departemen personalia untuk meningkatkan
prestasi kerja, adalah melalui pemberian upah berdasarkan sistem insentif.
Sistem insentif adalah sistem pemberian upah berdasarkan prestasi kerja
karyawan (Simamora, 1998: 629). Tujuan sistem insentif pada hakekatnya adalah
untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam berupaya meningkatkan prestasi
kerjanya dengan menawarkan perangsang finansial bagi karyawan yang mampu
mencapai prestasi kerja tinggi. Menurut Handoko “Bagi mayoritas karyawan, uang
masih tetap merupakan motivasi kuat – atau bahkan paling kuat” (Handoko, 1998:
176). Atas dasar itulah diperkirakan pemberlakuan sistem insentif akan mampu membuat karyawan termotivasi untuk meningkatkan prestasi
kerjanya, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi perusahaan. Peningkatan kepuasan kerja karyawan pada suatu organisasi tidak bisa
dilepaskan dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan
merupakan kunci utama dalam manajemen yang memainkan peran penting dan
strategis dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan, pemimpin merupakan
pencetus tujuan, merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan
mengendalikan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan manajerial dapat
didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya
(Handoko, 2001 : 291). Oleh sebab itu pemimpin suatu organisasi perusahaan
dituntut untuk selalu mampu menciptakan kondisi yang mampu memuaskan karyawan
dalam bekerja sehingga diperoleh karyawan yang tidak hanya mampu bekerja akan
tetapi juga bersedia bekerja kearah pencapaian tujuan perusahaan. Mengingat
perusahaan merupakan organisasi bisnis yang terdiri dari orang-orang, maka
pimpinan seharusnya dapat menyelaraskan antara kebutuhan-kebutuhan individu
dengan kebutuhan organisasi yang dilandasi oleh hubungan manusiawi (Robbins,
2001:18). Sejalan dengan itu diharapkan seorang pimpinan mampu memotivasi dan
menciptakan kondisi sosial yang menguntungkan setiap karyawan sehingga tercapai
kepuasan kerja karyawan yang berimplikasi pada meningkatnya produktivitas kerja
karyawan.
Karakteristik pekerjaan merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, model karakteristik
pekerjaan (job characteristics models) dari Hackman dan Oldham (1980) adalah
suatu pendekatan terhadap pemerkayaan jabatan
(job enrichment) yang dispesifikasikan kedalam 5 dimensi karakteristik inti
yaitu keragaman ketrampilan (skill variety), Jati diri dari tugas (task
identity), signifikansi tugas (task significance), otonomi (autonomy) dan umpan
balik (feed back). Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup aspek besar
materi pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, semakin
besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang dilakukan maka seseorang akan
merasa pekerjaannya semakin berarti. Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang
sama, sederhana, dan berulang-ulang maka akan menyebabkan rasa kejenuhan atau
kebosanan. Dengan memberi kebebasan pada karyawan dalam menangani
tugas-tugasnya akan membuat seorang karyawan mampu menunjukkan inisiatif dan
upaya mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan, dengan demikian desain
kerja yang berbasis ekonomi ini merupakan fungsi dan faktor pribadi. Kelima
karakteristik kerja ini akan mempengaruhi tiga keadaan psikologis yang penting
bagi karyawan, yaitu mengalami makna kerja, memikul tanggung jawab akan hasil
kerja, dan pengetahuan akan hasil kerja. Akhirnya, ketiga kondisi psikologis
ini akan mempengaruhi motivasi kerja secara internal, kualitas kinerja,
kepuasan kerja dan ketidakhadiran dan perputaran karyawan. Karakteristik pekerjaan seorang karyawan jelas terlihat desain pekerjaan
seorang karyawan. Desain pekerjaan menentukan bagaimana pekerjaan dilakukan
oleh karena itu sangat mempengaruhi perasaan karyawan terhadap sebuah
pekerjaan, seberapa pengambilan keputusan yang dibuat oleh karyawan kepada
pekerjaannya, dan seberapa banyak tugas yang harus dirampungkan oleh karyawan. Rendahnya kepuasan kerja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti mangkir kerja, mogok kerja, kerja lamban,
pindah kerja dan kerusakan yang disengaja. Karyawan yang tingkat kepuasannya
tinggi akan rendah tingkat kemangkirannya dan demikian sebaliknya, organisasi-organisasi
dengan karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efektif dari pada
organisai-organisasi dengan karyawan yang tak terpuaskan sehingga dapat
meningkatkan produktivitas organisasi dan salah satu penyebab timbulnya
keinginan pindah kerja adalah kepuasan pada tempat kerja sekarang. (Robbins
2001).
1.1 Fungsi kepuasan kerja adalah:
a. Untuk meningkatkan disiplin karyawan dalam menjalankan
tugasnya. Karyawan akan datang tepat waktu dan akan menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dan
loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Kepuasan kerja staff merupakan faktor yang diyakini dapat mendorong dan
mempengaruhi semangat kerja staff. Keberhasilan seorang staff dalam bekerja,
akan secara langsung mempengaruhi prestasi kerjanya di kemudian hari. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja staff, menurut Burt,
meliputi:
1). Faktor Individual (umur, jenis kelamin dan sikap
pribadi
terhadap pekerjaan)
2). Faktor Hubungan Antar staff, yang di dalamnya
termasuk: hubungan
antara manajer dan
staff, hubungan sosial diantara sesama, sugesti dari teman
sekerja, faktor
fisik dan kondisi tempat kerja, emosi dan situasi kerja.
3). Faktor Eksterna, meliputi: keadaan keluarga, rekreasi, pendidikan.
Keberadaan faktor-faktor tersebut akan meningkatkan motivasi bagi staff untuk
memperoleh tingkat kepuasan kerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan
hal yang bersifat individual. Setiap individu staff memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya.
Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem
nilai yang dianut individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat.
D. BAGAIMANA MANAGEMENT STRES KERJA
DILAKUKAN
Manajemen Stres – Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200).
Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang
berbagai macam gejala Stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Stres dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah
atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa Stres
mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung
seberapa besar tingkat Stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko,
1997:201-202).
Adapun menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan
sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai
suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan
atau penghalang. Dan apabila pengertian Stres dikaitkan dengan
penelitian ini maka Stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi
keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun
dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi,
Stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung
dari sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap
kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja
yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.Strategi Manajemen Stres Kerja Stres
dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya,
yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama
pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus
dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari
stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang
lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa
pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar,
menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah
yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di
tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada
beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam
peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari
sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar
tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati,
1999:76).
Suprihanto dkk (2003:63-64)
mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang
ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif,
karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi
pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat
menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan
bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk
memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan untuk memberikan
dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan
oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres,
ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
a. Individual.
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri
untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup
efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan
dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires
yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai
stratcgi terakhir untuk mengurangi stress adalah dengan roengumpulkan sahabat,
kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi
dirinya.
b. Pendekatan Organisasional.
Beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya
dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi
organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan
menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
1.
Strategi Penanganan Individual
Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual.
Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Melakukan perubahan
reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif. Artinya, jika seorang
karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya
time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat
sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika
menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau
berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
2.
Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa
dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan
relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan
demikian karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer
kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana
mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan
adalah dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang
mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
3.
Melakukan diet dan fitnes.
Beberapa cara yang
bisa ditempuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi garam dan makanan
mengandung lemak, memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari
secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya.
2. Strategi-strategi Penanganan
Organisasional.
Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan
atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi
stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat
dilakukan dengan :
a. Menciptakan
iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung
memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel,
iktim impersonal. Ini dapat membawa pada stress kerja yang sungguh-sungguh.
Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi dan
organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan aliran komunikasi ke atas.
Perubahan struktur dan proses structural mungkin menciptakan Iklim yang lebih
mendukung bagi pekerja, memberikan mcreka lebih banyak kontrol terhadap
pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b. Memperkaya
desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
Dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan
(seperti tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian,
peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan
pusat seperti variasi skill, identitas tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan
timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau pengalaman
berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.
c. Mengurangi
konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik peran dan ketidakjelasan
diidentifikasi lebih awal sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mengacu
pada manajemen untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran
organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan atau dikurangi.
Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau
sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang dia kerjakan. Sebuah strategi
klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan
menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masing-masing pengirim peran. Catatan
ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak
perbedaan akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan
dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.
d. Rencana dan
pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling. Secara
tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui kepentingan dalam
perencanaan karir dan pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk
memutuskan gerakan dan slrategi karir sendiri.
E.
DAMPAK STRES BAGI PEKERJA
Hasil Penelitian Menurut penelitian
Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja
sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan
jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan
mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh
tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi
banyak yang kalah. Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981)
berhasil menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk
terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya.
Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood
seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang
sedang positif.
Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan
Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh.
Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis,
lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga
mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat
lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan
penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh. Banyak sudah penelitian yang
menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti
jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit
lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk
mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga
psikisnya.
Adapun dampak
Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:
a. Dampak
negatif dari stres yaitu:
Perlu diketahui, bawah biasanya
Stress bisa menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress tersebut bersifat
lama. Jika seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu lama dan
berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian
dari diri kita sebagai tempat berlabuhnya stress ini.
1) Menurunnya
sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang
menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan
tekanan darah, penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.
2) Jika
sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan,
jengkel, emosi, frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang
tidak baik terhadap pikiran kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk
lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk mengambil keputusan, kurang kreatif,
sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan masih banyak lagi.
3) Hati
hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian
seseorang bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan
suatu bentuk pelarian dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka
melakukan ini sebagai tindakan pelarian dan kompensasi untuk melindungi diri
sendiri. Misalnya seseorang yang tidak peminum dan perokok, bisa berubah dengan
seketika menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman beralkohol dengan
ukuran banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan jati
diri yang sebenarnya.
b. Sebagai
dampak Positif dari stres adalah :
kita akan semakin kuat dalam
menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita akan semakin jeli untuk
melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman
bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita
mendengar, bahwa Buku, guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu
sendiri.
Tapi
perlu di ketahui, jika Kita sudah stress ada baiknya jangan membiasakan diri
seorang diri dalam mengatasinya. Pergilah untuk konsultasi ke ahli psikologi,
atau berceritalah kepada keluarga dan teman yang bisa kitapercayai. Dengan suatu harapan,
Mereka mampu menolong kita.
Kunci utama adalah kita MAU keluar
dari keadaan Stress tersebut.
F. Dampak Negatif dan Dampak
Positif Stres Bagi Kesehatan Tubuh
Gangguan kesehatan akibat stres
dapat meliputi penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, sakit kepala,
migren, radang usus besar, maag, gangguan pernapasan, dan ketegangan otot.
Gangguan tersebut mulai dari gangguan kesehatan ringan sampai dengan gangguan
kesehatan fatal. Stres juga dapat dihubungkan dengan beberapa gangguan mental
seperti rasa cemas atau gelisah, sakit jiwa dan depresi. Gangguan mental lebih
sulit untuk dideteksi dan didiagnosa dibandingkan dengan gangguan fisik. Itulah
sebabnya gangguan mental akibat stres lebih berbahaya daripada gangguan fisik.
1. Dampak Negatif Stres
Stres secara langsung maupun
tidak langsung dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Hal tersebut tergantung
dari bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap stres dan seberapa baik kita
menghadapi dan melindungi diri kita dari stres tersebut.
a. Depresi
b. Obesitas
c. Demensia
(kemerosotan daya ingat)
d. Sering infeksi
e. Kanker
payudara
f. Insomnia
g. Penyakit jantung
h. Alergi
i. Mengurangi
kesuburan
j. Stroke
2. Dampak Positif Stres
Banyak gangguan yang berpotensi
sangat fatal bagi kesehatan akibat terjadinya stres. Walaupun demikian, stres
juga mempunyai sisi positif. Direktur medis dari Fibromyalgia and Fatigue
Centers,Jacob Teitelbaum, MD, menyebutkan
bahwa stres adalah hal yang sangat menyehatkan karena dapat memberikan tenaga
yang kamu butuhkan dalam menjalani hidup. Berikut ini dampak positif stress :
- Meningkatkan daya ingat
- Mempercapat pemulihan pasca operasi
- Mencegah flu dan pilek
- Mendekatkan diri dengan seksama
- Melawan tumor
F.
STRATEGI MENGATUR STRES DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN
Selain belajar untuk
menghindari penyebab stress, anda dapat pula menerimanya secara realistis.
Mencoba berteman dan belajar mengelola stress dengan benar amat membantu anda
untuk hidup lebih baik secara fisik dan emosional serta memberi kebahagian
lahir dan batin. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi stress
adalah tindakan positif untuk menurunkan tingkat stress yaitu :
1. Relaksasi
Relaksasi atau berlatih untuk
mengatur cara pernafasan dapat dilakukan. Dengan kegiatanuntuk melemaskan otot
syaraf seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambilmendengarkan
iringan musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.
2. Berolahraga
Berolahraga secara teratur
membantu anda menurunkan stres dan meningkatkan kepercayaan diri, selain yang
terpenting dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegahpenyakit. Penambahan energi
untuk beraktifitas, peningkatan kualitas tidur, daya konsentrasi,rasa bahagia
dan keyakinan diri serta penurunan risiko serangan jantung adalah
manfaatpenting olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil
menghirup udara segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk
mengurangi stres.
3. Cerdas Mengatur Ambang
Keinginan dan Rencana
Tak pernah ada larangan untuk
bermimpi dan menginginkan sesuatu. Cita-cita danharapan bahkan dapat menjadi
daya hidup yang menganggumkan. Namun perlu diketahui seringkali stress muncul
akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda dengan keinginan atau
harapan.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merencanakan dan membatasi segala rencana
yang dibuat denganmempertimbangkan kemampuan dan sumber daya
atau peluang yang dimiliki hingga lebih siap dalam menghadapi kenyataan
nantinya. Menentukan prioritas apa yang terpenting dalam hidup anda, membuat
rencana realistis serta berlatih untuk berlapang dada menerima kenyataan yang
akan datang nantinya meski tak sesuai dengan keinginan anda adalah cara cerdas
berteman dan mengatur stres.
4. Menjadi pribadi
Sungkan dan perasaan hati yang
tidak enak untuk menolak atau mengatakan tidak kerap terjadi pada
seseorang Belajar menjadi orang yang asertif, yang mampu mengatakan No dan
bukan Yes, ketika ia memang ingin mengatakan No, memang sulit. Kita seringkali
merasa tidak dapat menolak permintaan dan akhirnya terpaksa menerima dan
kemudian merasa terperangkap dengan permintaan tersebut. Hal tersebut membuat
kita merasa marah dan tidak berdaya, lalu berujung pada timbulnya stress.
Karena itu, belajar untuk menolak permintaan (jika kita memang tidak
sanggup memenuhinya), menjadi sangat penting jika anda peduli pada kesehatan lahir batin anda.
5. Manajemen Waktu
Waktu yang selalu terasa
sempit, juga bisa menyebabkan stress. Oleh karena itumanajemen waktu menjadi
penting. Beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengelola waktu dengan baik.
a. Tentukan
hasil akhir dan jadikan skala prioritas anda
b. Buat daftar pekerjaan dan
prioritaskan tugas dan pekerjaan yang utama terlebih dahulu
c. Buat perencanaan sebelum anda
melakukan pekerjaan tersebut. Satu pekerjaan yangdikerjakan selama satu jam
yang telah direncanakan akan lebih efektif daripada andamengerjakan pekerjaan
selama 3-4 jam yang tidak anda rencanakan terlebih dahulu.
d. Kerjakan tugas anda sesuai
dengan waktu dimana anda merasa produktif. Misal, seseorangakan lebih baik
melakukan pekerjaan pada pagi hari dibandingkan sore hari. Batasi pulagangguan
seperti adanya tamu serta bunyi telepon selama waktu-waktu produktif anda.
e. Belajarlah untuk mendelegasikan
beberapa tugas andaf. Buat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.
6. Positive Thinking
Yakinkan
diri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian merupakan salah satu caranya. Karena apa
yang seseorang pikirkan akan berhubungan langsung pada perasaan atau suasana
hatinya dan pada gilirannya juga mempengaruhi
kinerja dan produktifitasnya.
7. Mencari Dukungan Sekitar
Berbicara tentang suatu
persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasakecewa. ataupun sekedar
membicarakan topik yang hangat, dapat membantu menenangkanhati. Oleh karenanya, anda dapat menurunkan
tingkat stress anda dengan berbicara padaseorang pendengar yang baik
yang akan membantu anda untuk berpikir realistis ataupunmengambil sisi positif
dari suatu peristiwa. Mulailah mencari seseorang yang dapat menjadi pendengar
yang baik. Anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang membuat andanyaman
untuk berbagi dan bisa dipercaya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Stres adalah suatu kondisi anda
yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang
dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress
adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri,
sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Bahwasannya
stress itu ada dan berasal dari lingkungan, kondisi dirinya, serta pikiran.
Penyebab stress dianggap suatu hal yang biasa dimana didalamnya dapat merespon
apa yang terjadi pada hubungan stresor, dianggap positif karena adanya
interaksi individu dan lingkungan. Stress dapat mempengaruhi sifat dari
stresor seperti lingkungan baik secara fisik, psikososial maupun spiritual
serta dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Stress
yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung beberapa tahap akan muncul
dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka
akan berdampak lebih lanjut. Oleh, sebab itu terapkanlah sebuah manajemen agar
keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol.
B. Saran
Jangan terlalu menganggap hal-
hal sepele menjadi hal- hal yang berat, karena akan menambah beban pikiran bagi
kita.
Jagalah kesehatan dengan rajin
berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar
Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat
menyebabkan kejenuhan dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan
liburan bersama orang- orang terdekat anda
Hindari mengkonsumsi
obat- obatan yang dapat mempengaruhi system kerja saraf otak yang akan
menimbulkan stress.