Senin, 28 September 2015

TAK CUKUP WAKTU


seperti tak ingin mengakhiri waktu yang kita miliki.


Aku meraskan ada perasaan yang tertinggal.
Aneh bukan? harusnya aku tidak perlu terbawa suasana saat itu, kita hanya saling mengenal.
dan kuanggap ketika perpisahan itu terjadi aku sudah harus bangun dari tidur dan melupakan bunga tidur panjangku dari musim KKN.

Aku mencoba dan berusaha sangat menikmati tiap waktu yang kumiliki malam itu. dan menuliskan ini dengan perasaan nyaman. Dan kita tidak membuang kesempatan yang ada dan telah memilih satu keputusan bersama. memang benar Kita tidak bisa menebak dan menerka-nerka akhir dari kisah ini seperti apa? tapi mengungkapkan apa yang kurasakan saat ini membuatku sangat bahagia dan rasa lega. tidak semua jalan menyenangkan untuk dilalui. tapi teruslah berjalan melewati di iringi tawa seperti yang kita lakukan sekarang.
Ungkapan yang pas saat ini adalah satu nama, satu cerita. apa mungkin kau sama saja, sengaja dihadirkan untuk memenuhi buku cerita kehidupanku, dimana aku banyak bertemu dengan tokoh-tokoh lainnya. orang yang mengajarkan bagaimana dunia mempermainkanmu.

Terlepas dari itu, aku dan kamu hanya mencoba menjalaninya, sesuai dengan ketetapan-NYA
bicara tentang "satu nama, satu cerita".. tentu saja aku belum mau melepas satu nama itu.
dan tidak terfikirkan mencari nama nama yang lain. yang ini menjadi rahasia sang waktu.

Jumat, 03 Januari 2014

Makalah Pengaruh stres terhadap kinerja


KATA PENGANTAR

 

            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya  berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA 

            Makalah ini berisikan tentang pengaruh stress kerja terhadap kinerja dimana akan dibahas faktor penyebab cara mengatasi dan pengertian stress kerja itu sendiri. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi tentang pengarub stress kerja terhadap kinerja .
saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.


           
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

 

 

 

 
Parepare, 22 Desember 2013

                               
Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah serta mengalami stres kerja. Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan mengelola stres kerja dan memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Biasanya karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja penyebab stres kerja dan yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan dan terhindarnya stres kerja maka produktivitas pun akan meningkat. Di dalam lingkungan kerja, ketegangan yang sering dialami oleh karyawan akan mengganggu situasi kerja serta konsentrasi dalam menyelesaikan tugasnya. Keadaan itu bisa mengakibatkan menurunnya prestasi kerja yang tentunya sangat merugikan diri karyawan dan perusahaan. Timbulnya ketegangan seperti digambarkan di atas pada hakikatnya disebabkan oleh tiga faktor, yakni masalah organisasi di lingkungan kerja, faktor si karyawan, dan hal lain yang berhubungan dengan masyarakat. Bisa terjadi seorang karyawan mengalami ketegangan karena ketiga faktor atau salah satu faktor saja. Faktor di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan ketegangan pada diri seseorang antara lain masalah administrasi, tekanan yang tidak wajar untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan situasi kerja, struktur birokrasi yang tidak tepat, sistem manajemen yang tidak sesuai, perebutan kedudukan, persaingan yang semakin ketat untuk memperoleh kemajuan, anggaran yang terbatas, perencanaan kerja yang kurang baik, jaminan pekerjaan yang tidak pasti, beban kerja yang semakin bertambah dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati peringkat yang tinggi. Sebab ia berkaitan dengan tujuan manusia untuk merealisasikan dan mengaktualisasikan potensi dirinya dalam pekerjaan. Namun motivasi ini kadang terbendung oleh berbagai ragam kerutinan, hambatan lingkungan kerja yang kurang seimbang, atau situasi dan perangkat kerja yang secara ergonomis tidak mendukung peningkatan produktivitas kerja. Stres yang dialami karyawan dan kepuasan kerja yang didambakan seolah merupakan dua kondisi yang bukan  saja berkaitan, tetapi sekaligus antagonistis.

 

 

 

 

 

 

 

 

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi Permasalahan dari makalah ini adalah:

1.         Apa Pengertian Stres Kerja,?
2.
        Apa saja Faktor-faktor Penyebab Stres kerja ?
3.
        Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja ?
4.
        Bagaimana management stres kerja dilakukan ?
5.         Apa saja dampak stress bagi pekerja ?
6.         Dampak Negatif dan Dampak Positif Stres Bagi Kesehatan Tubuh ?

 

 

C. TUJUAN

Yang menjadi Tujuan dari Makalah ini adalah:


1.      Untuk Mengetahui Pengertian Stres
2.      Untuk Mengetahui apa saja yang menjadi penyebab stress
3.      Untuk Mengetahui  faktor faktor menimbulkan stres
4.      Untuk Mengetahui bagaimana management stress kerja seharusnya
5.      Untuk Mengetahui Dampak Stres



BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STRES KERJA

Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.

Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.

Sebagai contoh, banyak profesionalmemandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantanganpositif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.

Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stress sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres dipandang tidaksekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.

*    Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu
tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan Hngkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang.

*    Baron & Greenberg (dalam Margiati, 1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bias mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.

*    Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penling tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).

*    Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo, 2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.

*    Taylor (1995)mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres.

b.      Pengertian stres secara khusus

stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.

c.       Pengertian Stressor

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stresor.

Stresor dibedakan atas 3 golongan yaitu :

1)      Stresor fisikbiologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.

2)      Stresor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian,   jatuh cinta dan lain-lain.

3)      Stresor sosial budaya : menganggur, perceraian, perselisihan dan lain-lain.   Stres dapat mengenai semua orang dan semua usia

 

Baron & Greenberg (dalam Margiati,1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis. Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dafam Dwiyanti, 2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan. Luthans (dalam Yulianti, 2000:10) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah Stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berifikir dan kondisi fisik individu.

Gejala-Gejala Stres

Hardjana (1994) mengemukakan bahwa terdapat kriteria-kriteria gejala-gejala stress, antara lain :

1)    Gejala fisikal:

Sakit kepala, pusing, pening. tidur tidak teratur, insomania atau susah tidur, bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama bagian bawah ,mencret-mencret dan radang usus besar, sulit buang air besar, sembelit. gatal – gatal pada kulit. urat-urat tegang terutama leher dan bahu, keringat berlebih, terganggu pencernaan atau bisulan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energy, bertambah banyak melakukan kekeliruan dan kesalahan dalam kerja dan hidup.

2)    Gejala Emosional

Gelisah dan cemas,  sedih, depresi, mudah menangis, merasa jiwa dan hati atau mood berubah-ubah dengan cepat, mudah panas dan marah, gugup,  rasa harga diri menurun  dan merasa tidak aman, rasa harga diri menurun  dan merasa tidak aman, marah-marah, gampang menyerang orang dan bersikap bermusuhan, emosi mengering  kehabisan sumber dayamental (burn out).

3)   Gejala Kognitf

Susah berkonsentrasi dan memusatkan pikiran, sulit mengambil keputusan, mudah terlupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktifitas atau prestasi kerja menurun, mutu kerja yang rendah.

4)   Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan terhadap orang lain., mudah mempermasalahkan orang lain., mudah membatalkan janji atau tidak memenuhi perjanjian, suka mencari – cari kesalahan orang lain atau menyerang orang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri, membiarkan orang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B. FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA

 

Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor Lingkungan kerja dan Faktor personal (Dwiyanti, 2001:75).

a. Faktor Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan.

b. Faktor Personal

Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti, 2001:77-79):
1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cenderung muncul pada
para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena stres.

2. Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.

3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dari yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasuspelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita..

4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa
suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan
ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati, 1999:73).

5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).
6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung
mengalami sires dibanding kepribadian tipe B. Bebcrapa ciri kepribadian tipe ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung
(Minner dalam Margiati, 1999:73).

7. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stress paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:73).

Selain faktor yang telah disebutkan diatas, Menurut Terry Beehr dan John Newman (1978) gejala stress kerja dapat di bagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan perilaku.

 

Gejala-gejala Penyebab stres dari aspek Psikologi yaitu:

1)      Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah Menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas Bingung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin Penurunan prestasi dan produktivitas.

2)      Memendam perasaan Gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung Meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Perilaku sabotase
Mengurung diri Mudah lelah secara fisik Meningkatnya frekuensi absensi

 

3)      Depresi Kematian Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan) Merasa terasing dan mengasingkan diri Gangguan kardiovaskuler Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan.

4)      Kebosanan Gangguan pernafasan Meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti ngebut, berjudi Ketidakpuasan kerja Lebih sering berkeringat Meningkatnya agresivitas, dan kriminalitas Lelah mental Gangguan pada kulit Penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman Menurunnya fungsi intelektual Kepala pusing, migrain Kecenderungan bunuh diri Kehilangan daya konsentrasi Kanker

5)      Kehilangan spontanitas dan kreativitas Ketegangan otot Kehilangan semangat hidup Probem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).

6)      Menurunnya harga diri dan rasa percaya diri

 

b)      Gejala Penyebab Stres dari Aspek Perilaku yaitu:

1)      Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendcrung muncul pada para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan cenderung lebih mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

2)      Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan di kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya.

3)      Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual ini bisa dimulai dart yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja adalah perlakuan kasar atau pengamayaan fisik dari lawan jenis dan janji promosi jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita. Stres akibat pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran warga (khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kelamin cukup tinggi, namun tidak ada undang-undang yang melindungmya

 

c)      Gejala Penyebab Stres dari Aspek Psikis

1)      Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati 1999:73).

2)      Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa.

3)      sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres (Minner dalam Margiati, 1999:73).

4)      Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung
mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Bcbcrapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu,
bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung

 

C. FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN KEPUASAN KERJA

Faktor penting yang mempengaruhi prestasi kerja adalah motivasi kerja. Motivasi berasal dari kata motive. Motive adalah keadaan dalam diri seseorang yang menimbulkan kekuatan, menggerakkan, mendorong, mengarahkan, motivasi. Menurut Gerungan motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja (Gerungan, 1982: 23). Semakin besar motivasi kerja karyawan semakin tinggi prestasi kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja adalah faktor yang sangat penting dalam peningkatan prestasi kerja.
Selain ditentukan oleh motivasi kerjanya, prestasi kerja karyawan juga ditentukan oleh kepuasan kerjanya. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka (As’ad, 1994: 133).
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dari sikap karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu di lingkungan kerjanya. Menurut Handoko (1998: 193):Menjadi kewajiban setiap pemimpin perusahaan untuk menciptakan kepuasan kerja bagi para karyawannya, karena kepuasan kerja merupakan faktor yang diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja karyawan agar karyawan dapat bekerja dengan baik dan secara langsung akan mempengaruhi prestasi karyawan. Seorang manajer juga dituntut agar memberikan suasana kerja yang baik dan menyenangkan juga jaminan keselamatan kerja sehingga karyawan akan merasa terpuaskan. Menurut As’ad (2000: 102):Kepuasan kerja menjadi menarik untuk diamati karena memberikan manfaat, baik dari segi individu maupun dari segi kepentingan industri. Bagi individu diteliti tentang sebab dan sumber kepuasan kerja, serta usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja individu, sedangkan bagi industri, penelitian dilakukan untuk kepentingan ekonomis, yaitu pengurangan biaya produksi dan peningkatan produksi yang dihasilkan dengan meningkatkan kepuasan kerja. Salah satu cara yang ditempuh departemen personalia untuk meningkatkan prestasi kerja, adalah melalui pemberian upah berdasarkan sistem insentif. Sistem insentif adalah sistem pemberian upah berdasarkan prestasi kerja karyawan (Simamora, 1998: 629). Tujuan sistem insentif pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam berupaya meningkatkan prestasi kerjanya dengan menawarkan perangsang finansial bagi karyawan yang mampu mencapai prestasi kerja tinggi. Menurut Handoko “Bagi mayoritas karyawan, uang masih tetap merupakan motivasi kuat – atau bahkan paling kuat” (Handoko, 1998: 176). Atas dasar itulah diperkirakan pemberlakuan sistem insentif akan mampu membuat karyawan termotivasi untuk meningkatkan prestasi kerjanya, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi perusahaan. Peningkatan kepuasan kerja karyawan pada suatu organisasi tidak bisa dilepaskan dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan merupakan kunci utama dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan, pemimpin merupakan pencetus tujuan, merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya (Handoko, 2001 : 291). Oleh sebab itu pemimpin suatu organisasi perusahaan dituntut untuk selalu mampu menciptakan kondisi yang mampu memuaskan karyawan dalam bekerja sehingga diperoleh karyawan yang tidak hanya mampu bekerja akan tetapi juga bersedia bekerja kearah pencapaian tujuan perusahaan. Mengingat perusahaan merupakan organisasi bisnis yang terdiri dari orang-orang, maka pimpinan seharusnya dapat menyelaraskan antara kebutuhan-kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi yang dilandasi oleh hubungan manusiawi (Robbins, 2001:18). Sejalan dengan itu diharapkan seorang pimpinan mampu memotivasi dan menciptakan kondisi sosial yang menguntungkan setiap karyawan sehingga tercapai kepuasan kerja karyawan yang berimplikasi pada meningkatnya produktivitas kerja karyawan.

Karakteristik pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, model karakteristik pekerjaan (job characteristics models) dari Hackman dan Oldham (1980) adalah suatu pendekatan terhadap pemerkayaan jabatan (job enrichment) yang dispesifikasikan kedalam 5 dimensi karakteristik inti yaitu keragaman ketrampilan (skill variety), Jati diri dari tugas (task identity), signifikansi tugas (task significance), otonomi (autonomy) dan umpan balik (feed back). Setiap dimensi inti dari pekerjaan mencakup aspek besar materi pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, semakin besarnya keragaman aktivitas pekerjaan yang dilakukan maka seseorang akan merasa pekerjaannya semakin berarti. Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang sama, sederhana, dan berulang-ulang maka akan menyebabkan rasa kejenuhan atau kebosanan. Dengan memberi kebebasan pada karyawan dalam menangani tugas-tugasnya akan membuat seorang karyawan mampu menunjukkan inisiatif dan upaya mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan, dengan demikian desain kerja yang berbasis ekonomi ini merupakan fungsi dan faktor pribadi. Kelima karakteristik kerja ini akan mempengaruhi tiga keadaan psikologis yang penting bagi karyawan, yaitu mengalami makna kerja, memikul tanggung jawab akan hasil kerja, dan pengetahuan akan hasil kerja. Akhirnya, ketiga kondisi psikologis ini akan mempengaruhi motivasi kerja secara internal, kualitas kinerja, kepuasan kerja dan ketidakhadiran dan perputaran karyawan. Karakteristik pekerjaan seorang karyawan jelas terlihat desain pekerjaan seorang karyawan. Desain pekerjaan menentukan bagaimana pekerjaan dilakukan oleh karena itu sangat mempengaruhi perasaan karyawan terhadap sebuah pekerjaan, seberapa pengambilan keputusan yang dibuat oleh karyawan kepada pekerjaannya, dan seberapa banyak tugas yang harus dirampungkan oleh karyawan. Rendahnya kepuasan kerja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti mangkir kerja, mogok kerja, kerja lamban, pindah kerja dan kerusakan yang disengaja. Karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi akan rendah tingkat kemangkirannya dan demikian sebaliknya, organisasi-organisasi dengan karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efektif dari pada organisai-organisasi dengan karyawan yang tak terpuaskan sehingga dapat meningkatkan produktivitas organisasi dan salah satu penyebab timbulnya keinginan pindah kerja adalah kepuasan pada tempat kerja sekarang. (Robbins 2001).

1.1 Fungsi kepuasan kerja adalah:

a. Untuk meningkatkan disiplin karyawan dalam menjalankan tugasnya. Karyawan akan datang tepat waktu dan akan menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

b. Untuk meningkatkan semangat kerja karyawan dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Kepuasan kerja staff merupakan faktor yang diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja staff. Keberhasilan seorang staff dalam bekerja, akan secara langsung mempengaruhi prestasi kerjanya di kemudian hari. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja staff, menurut Burt, meliputi:

1). Faktor Individual (umur, jenis kelamin dan sikap pribadi

      terhadap   pekerjaan)

2). Faktor Hubungan Antar staff, yang di dalamnya termasuk: hubungan

      antara manajer dan staff, hubungan sosial diantara sesama, sugesti dari teman

    sekerja, faktor fisik dan kondisi tempat kerja, emosi dan situasi kerja.
3). Faktor Eksterna, meliputi: keadaan keluarga, rekreasi, pendidikan. Keberadaan faktor-faktor tersebut akan meningkatkan motivasi bagi staff untuk memperoleh tingkat kepuasan kerja.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu staff memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianutnya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat.

 

D. BAGAIMANA MANAGEMENT STRES KERJA DILAKUKAN

Manajemen Stres – Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.  Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala Stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa Stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat Stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202).


Adapun menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.  Dan apabila pengertian Stres dikaitkan dengan penelitian ini maka Stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi, Stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.Strategi Manajemen Stres Kerja Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).

Suprihanto dkk (2003:63-64) mengatakan bahwa dari sudut pandang
organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stress yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut pandang individu hal tersebut bukan
merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh si pekerja. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.

a.  Individual.

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stress adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

b. Pendekatan Organisasional.

Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

 

1.    Strategi Penanganan Individual

Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

1. Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kognitif. Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.

2. Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan demikian karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan adalah dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.

3. Melakukan diet dan fitnes.

Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi garam dan makanan mengandung lemak, memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya.

 

2. Strategi-strategi Penanganan Organisasional.

Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan dengan :

a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.

Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini dapat membawa pada stress kerja yang sungguh-sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif dan aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses structural mungkin menciptakan Iklim yang lebih mendukung bagi pekerja, memberikan mcreka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.

b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik

Dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian, peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan karakteristik pekerjaan pusat seperti variasi skill, identitas tugas, Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.

c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.

Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih awal sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan atau dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang dia kerjakan. Sebuah strategi klarifikasi peran yang spesifik memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan menemukan sebuah catatan ekspektansi dari masing-masing pengirim peran. Catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal seseorang, dan banyak perbedaan akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk memecahkan konflik.

d. Rencana dan pengembangan jalur karir dan menyediakan konseling. Secara tradisional, organisasi telah hanya menunjukkan melalui kepentingan dalam perencanaan karir dan pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan gerakan dan slrategi karir sendiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E. DAMPAK STRES BAGI PEKERJA

Hasil Penelitian Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif.

Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stress dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh. Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.

Adapun dampak Negatif dan dampak Positif dari stres adalah:

 

 

a.      Dampak negatif  dari stres yaitu:

Perlu diketahui, bawah biasanya Stress bisa menimbulkan dampak yang menonjol, jika Stress tersebut bersifat lama. Jika seseorang itu menyimpan stress tersebut dengan jangka waktu lama dan berkesinambungan di dalam tubuh dan jiwanya. Saya mencoba mengambil 3 bagian dari diri kita sebagai tempat berlabuhnya stress ini.

1)      Menurunnya sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang itu, sehingga tidak jarang menimbulkan sakit perut, maag, mual, pening, meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, penyakit kulit seperti gatal dan alergi,dll.

2)      Jika sistem kekebalan dan kesehatan tubuh seseorang sudah menurun, maka ini akan mempengaruhi kesehatan jiwa. Orang yang larut akan kesedihan, ketakutan, jengkel, emosi, frustrasi, dsb, maka lama lama ini akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap pikiran kita. Hal buruk ini akan menimbulkan keadaan buruk lagi seperti; pelupa, tidak mampu untuk mengambil keputusan, kurang kreatif, sering bingung, cepat capek, ngantuk dan lemas, dan masih banyak lagi.

3)      Hati hati, jika hal kedua di atas sudah terjadi dengan jangka lama, maka kepribadian seseorang bisa jadi berubah. Mereka akan memulai suatu kebiasaan yang merupakan suatu bentuk pelarian dari semua ketakutan dan kegelisahan tersebut. Mereka melakukan ini sebagai tindakan pelarian dan kompensasi untuk melindungi diri sendiri. Misalnya seseorang yang tidak peminum dan perokok, bisa berubah dengan seketika menjadi kelihatan seperti pecandu, minum minuman beralkohol dengan ukuran banyak, sering melakukan kesalahan, aggresiv, hingga kehilangan jati diri yang sebenarnya.

 

b.      Sebagai dampak Positif dari stres adalah :

kita akan semakin kuat dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan, mata kita akan semakin jeli untuk melihat tantangan yang akan datang, dan sudah mempunya suatu pengalaman bagaimana untuk mengatasi hal tersebut. Karena itulah tidak jarang kita mendengar, bahwa Buku, guru dan pelajaran yang terbaik adalah PENGALAMAN itu sendiri.

Tapi perlu di ketahui, jika Kita sudah stress ada baiknya jangan membiasakan diri seorang diri dalam mengatasinya. Pergilah untuk konsultasi ke ahli psikologi, atau berceritalah kepada keluarga dan teman yang bisa kitapercayai. Dengan suatu harapan, Mereka mampu menolong kita. Kunci utama adalah kita MAU keluar dari keadaan Stress tersebut.

F. Dampak Negatif dan Dampak Positif Stres Bagi Kesehatan Tubuh

Gangguan kesehatan akibat stres dapat meliputi penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, sakit kepala, migren, radang usus besar, maag, gangguan pernapasan, dan ketegangan otot. Gangguan tersebut mulai dari gangguan kesehatan ringan sampai dengan gangguan kesehatan fatal. Stres juga dapat dihubungkan dengan beberapa gangguan mental seperti rasa cemas atau gelisah, sakit jiwa dan depresi. Gangguan mental lebih sulit untuk dideteksi dan didiagnosa dibandingkan dengan gangguan fisik. Itulah sebabnya gangguan mental akibat stres lebih berbahaya daripada gangguan fisik.

 

1.      Dampak Negatif Stres

Stres secara langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Hal tersebut tergantung dari bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap stres dan seberapa baik kita menghadapi dan melindungi diri kita dari stres tersebut.

a.      Depresi

b.      Obesitas

c.      Demensia (kemerosotan daya ingat)

d.      Sering infeksi

e.      Kanker payudara

f.       Insomnia

g.      Penyakit jantung

h.      Alergi

i.       Mengurangi kesuburan

j.       Stroke

 

2.      Dampak Positif Stres

Banyak gangguan yang berpotensi sangat fatal bagi kesehatan akibat terjadinya stres. Walaupun demikian, stres juga mempunyai sisi positif. Direktur medis dari Fibromyalgia and Fatigue Centers,Jacob Teitelbaum, MD, menyebutkan bahwa stres adalah hal yang sangat menyehatkan karena dapat memberikan tenaga yang kamu butuhkan dalam menjalani hidup. Berikut ini dampak positif stress :

       -     Meningkatkan daya ingat

       -     Mempercapat pemulihan pasca operasi

       -     Mencegah flu dan pilek

       -     Mendekatkan diri dengan seksama

       -     Melawan tumor

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F. STRATEGI MENGATUR STRES DALAM PSIKOLOGI KESEHATAN

Selain belajar untuk menghindari penyebab stress, anda dapat pula menerimanya secara realistis. Mencoba berteman dan belajar mengelola stress dengan benar amat membantu anda untuk hidup lebih baik secara fisik dan emosional serta memberi kebahagian lahir dan batin. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi stress adalah tindakan positif untuk menurunkan tingkat stress yaitu :

1.      Relaksasi

Relaksasi atau berlatih untuk mengatur cara pernafasan dapat dilakukan. Dengan kegiatanuntuk melemaskan otot syaraf seperti meditasi, yoga, latihan pelemasan, pijat, sambilmendengarkan iringan musik lembut dan tenang atau alunan ayat suci.

2.      Berolahraga

Berolahraga secara teratur membantu anda menurunkan stres dan meningkatkan kepercayaan diri, selain yang terpenting dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegahpenyakit. Penambahan energi untuk beraktifitas, peningkatan kualitas tidur, daya konsentrasi,rasa bahagia dan keyakinan diri serta penurunan risiko serangan jantung adalah manfaatpenting olahraga. Olahraga ringan seperti berjalan-jalan santai sambil menghirup udara segarselama 20-30 menit setiap hari akan efektif untuk mengurangi stres.

3.      Cerdas Mengatur Ambang Keinginan dan Rencana

Tak pernah ada larangan untuk bermimpi dan menginginkan sesuatu. Cita-cita danharapan bahkan dapat menjadi daya hidup yang menganggumkan. Namun perlu diketahui seringkali stress muncul akibat ketidakmampuan menerima kenyataan yang berbeda dengan keinginan atau harapan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merencanakan dan membatasi segala rencana yang dibuat denganmempertimbangkan kemampuan dan sumber daya atau peluang yang dimiliki hingga lebih siap dalam menghadapi kenyataan nantinya. Menentukan prioritas apa yang terpenting dalam hidup anda, membuat rencana realistis serta berlatih untuk berlapang dada menerima kenyataan yang akan datang nantinya meski tak sesuai dengan keinginan anda adalah cara cerdas berteman dan mengatur stres.

4.      Menjadi pribadi

Sungkan dan perasaan hati yang tidak enak untuk menolak atau mengatakan tidak kerap terjadi pada seseorang Belajar menjadi orang yang asertif, yang mampu mengatakan No dan bukan Yes, ketika ia memang ingin mengatakan No, memang sulit. Kita seringkali merasa tidak dapat menolak permintaan dan akhirnya terpaksa menerima dan kemudian merasa terperangkap dengan permintaan tersebut. Hal tersebut membuat kita merasa marah dan tidak berdaya, lalu berujung pada timbulnya stress. Karena itu, belajar untuk menolak permintaan (jika kita memang tidak sanggup memenuhinya), menjadi sangat penting jika anda peduli pada kesehatan lahir batin anda.

5.      Manajemen Waktu

Waktu yang selalu terasa sempit, juga bisa menyebabkan stress. Oleh karena itumanajemen waktu menjadi penting. Beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengelola waktu dengan baik.

a.      Tentukan hasil akhir dan jadikan skala prioritas anda

b.      Buat daftar pekerjaan dan prioritaskan tugas dan pekerjaan yang utama terlebih dahulu

c.   Buat perencanaan sebelum anda melakukan pekerjaan tersebut. Satu pekerjaan yangdikerjakan selama satu jam yang telah direncanakan akan lebih efektif daripada andamengerjakan pekerjaan selama 3-4 jam yang tidak anda rencanakan terlebih dahulu.

d.   Kerjakan tugas anda sesuai dengan waktu dimana anda merasa produktif. Misal, seseorangakan lebih baik melakukan pekerjaan pada pagi hari dibandingkan sore hari. Batasi pulagangguan seperti adanya tamu serta bunyi telepon selama waktu-waktu produktif anda.

 

e.     Belajarlah untuk mendelegasikan beberapa tugas andaf. Buat jadwal waktu untuk beristirahat dan bersantai.

6.      Positive Thinking

Yakinkan diri untuk tetap berpikir positif. Selalu mengambil hikmah dari setiap kejadian merupakan salah satu caranya. Karena apa yang seseorang pikirkan akan berhubungan langsung pada perasaan atau suasana hatinya dan pada gilirannya  juga mempengaruhi kinerja dan produktifitasnya.

7.      Mencari Dukungan Sekitar

Berbicara tentang suatu persoalan, mengekspresikan perasaan pada saat merasakecewa. ataupun sekedar membicarakan topik yang hangat, dapat membantu menenangkanhati. Oleh karenanya, anda dapat menurunkan tingkat stress anda dengan berbicara padaseorang pendengar yang baik yang akan membantu anda untuk berpikir realistis ataupunmengambil sisi positif dari suatu peristiwa. Mulailah mencari seseorang yang dapat menjadi pendengar yang baik. Anggota keluarga, teman dekat, atau siapapun yang membuat andanyaman untuk berbagi dan bisa dipercaya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.

Bahwasannya stress itu ada dan berasal dari lingkungan, kondisi dirinya, serta pikiran. Penyebab stress dianggap suatu hal yang biasa dimana didalamnya dapat merespon apa yang terjadi pada hubungan stresor, dianggap positif karena adanya interaksi individu  dan lingkungan. Stress dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan baik secara fisik, psikososial maupun spiritual serta  dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung beberapa tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh, sebab itu terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol. 

 

B. Saran

Jangan terlalu menganggap hal- hal sepele menjadi hal- hal yang berat, karena akan menambah beban pikiran bagi kita. 

Jagalah kesehatan dengan rajin berolahraga agar tubuh tetap sehat dan bugar Apabila anda merasa stress, hindari aktivitas yang dapat menyebabkan kejenuhan dalam berfikir, dan sebaiknya anda harus melakukan liburan bersama orang- orang terdekat anda

 Hindari mengkonsumsi obat- obatan yang dapat mempengaruhi system kerja saraf otak yang akan menimbulkan stress.